Senin, 26 April 2010

Profil Kota Tegal



Kota Tegal merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah keseluruhan 39,5 km2 dan terbagi menjadi 4 Kecamatan dan 27 Desa yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur, serta Kabupaten Brebes disebelah barat. Kota Tegal merupakan kota tua, kota legendaris yang penuh dengan peninggalan tempo dulu, banyak bangunan tua peninggalan Belanda yang menandakan bahwa kota ini sudah berkemabang cukup lama, diantaranya rumah, gedung, menara air, pasar pagi, dan gedung balai kota. Letak geografisnya yang cukkup strategis karena berada di persimpangan jalan Tegal, Jakarta, Semarang, dan Purwokerto.

Kota ini sering dipakai untuk transit pemasaran produk daerah sekitar seperti Kabupaten Tegal, Brebes, Pekalongan, dan Pemalang, sebelum dipasrkan ke kota-kota besar lain ataupun ke luar negeri. Produk yang diperdagangkan di kota Tegal bervariasi sebagian berasal dari produk lokal seperti hasil industri pengerjaan logam, teh wangi, kok bulutangkis, ada juga yang berasal dari luar daerah seperti hasil pertanian bawang merah yang berasal dari Brebes, terasi sebagian didatangkan dari Sidoarjo, serta produk garmen yang sebagian didatangkan dari Jabar.

Perdagangan menjadi motor penggerak utama kegiatan perekonomian Kota Tegal. Industri pengolahan menjadi andalan kedua kegiatan ekonomi kota ini. Diantaranya industri logam dan cor logam yang meliputi pembuatan mesin industri, komponen mesin industri, komponen kendaraan bermotor, komponen mesin tenun. Kegiatan industri ini dipusatkan di Tegal Timur dan Tegal Selatan. Pembuatan barang industri ini kebanyakan berdasarkan pesanan, di antaranya dari perusahaan otomotif Astra, dan perusahaan elektronik seperti Panasonic Gobel. Industri kok bulutangkis cukup berkembang di Kota Tegal, model pengerjaannya secara home industri, akan tetapi bahan baku seperti gabus dan lem masih diimpor dari Thailand dan Korea Selatan, sedangkan bulu angsanya didatangkan dari daerah lain Jatim dan Kabupaten Tegal dengan kulaitas kok bulutangkis yang tidak diragukan lagi . Selain kok bulutangkis, teh wangi juga menjadi salah satu produk andalan kota ini, komoditas ini sempat eraih pasar dunia sejak diekspor ke Jepang, Eropa, Selandia Baru. Di sini keterkaitan saling membutuhkan antara Kabupaten tegal dan Kota tegal terlihat jelas terutama di sektor industri dan perdagangan.

Tegal dikenal dengan Tahu aci dan pilus. Makanan khas lain yaitu Soto Tegal (memakai tauge dan tauco dengan campuran daging ayam, sapi atau jeroan babat), Kupat Glabhed (ketupat dari beras yang diberi kuah kental dan dimakan bersma sate kerang). Minuman yang terkenal yaitu teh poci khas Tegal (teh yang diseduh air panas di dalam wadah poci terbuat dari tanah liat dan untuk pemanisnya diberi gula batu. Beberapa penganan kecil yang saat ini sudah agak langka adalah Glothak (semacam bubur terbuat dari gembus/dage dengan kuah kaldu dan cabai hijau). Makanan semacam ini biasanya banyak dijual saat bulan ramadhan. Ada juga kupat bongko, rujak kangkung, bubur blohok dan rujak uleg. Sate Kambing Tegal juga cukup banyak disukai oleh masyarakat hingga diluar Tegal. Sate Kambing Tegal terbuat dari daging kambing muda biasanya berumur di bawah lima bulan (balibul)yang sangat empuk dan beraroma khas karena tidak terlalu banyak olesan bumbu pada saat membakarnya. Disajikan dengan kecap manis, irisan bawang merah, tonmat dan cabe rawit. Sangat lazim dihidangkan bersama teh poci gula batu.


Sumber Data:
Jawa Tengah Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan 6, Semarang 50241
Telp (024) 8311242, 8412802
Fax (024) 8311195


Kota Tegal

Kota Tegal, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal di sebelah timur dan selatan. Hari jadi kota Tegal adalah 12 April 1580.

Tegal terletak 165 km sebelah barat Kota Semarang, atau 329 km sebelah timur Jakarta. Tegal memiliki lokasi yang strategis, karena berada di jalur pantai utara (pantura) Jawa Tengah , serta terdapat persimpangan jalur utama yang menghubungkan pantura dengan kota-kota di bagian selatan Pulau Jawa.

Kota Tegal berbatasan langsung dengan ibukota Kabupaten Brebes. Pertumbuhan kota Tegal juga berkembang ke arah selatan di wilayah Kabupaten Tegal, yakni di kecamatan Dukuhturi, Talang, Adiwerna, dan Slawi.

Stasiun kereta api Tegal menghubungkan kota ini dengan kota-kota lain di Pulau Jawa. Beberapa kereta api yang singgah di stasiun ini adalah: Senja Utama dan Fajar Utama (Jakarta-Semarang), Sembrani (Jakarta-Surabaya), Matarmaja (Jakarta-Malang), Bangunkarta (Jakarta-Jombang), Harina (Bandung-Semarang), dan Kaligung (Tegal-Semarang). Pada era 1960-an kota Tegal pernah memiliki landasan udara Martoloyo yang diresmikan oleh Presiden Sukarno.

Jika diukur dengan jarak tempuh antara Jakarta dan Surabaya, kota Tegal kira-kira berada di tengah-tengahnya. Posisi strategis yang didukung dengan infrastruktur yang memadai menjadikan kota Tegal sebagai kota transit. Hal tersebut berdampak pada hidupnya usaha di bidang jasa pariwisata, terutama perhotelan.

Kota Tegal terdiri 4 kecamatan, yakni Tegal Barat, Tegal Timur, Tegal Selatan, dan Margadana.

MottoTegal Kota Bahari
ProvinsiJawa Tengah
Luas39,467 km²
Penduduk 
 · Jumlah253.072
 · Kepadatan6.412 jiwa/km²
Pembagian administratif 
 · Kecamatan4
 · Desa/kelurahan27
Dasar hukumUU No. 13/1950
Tanggal-
WalikotaH. Ikmal Jaya, SE.Ak
Kode area telepon0283
DAURp. 241.785.257.000


















Sumber :
http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3328
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tegal

Sumber Gambar:
http://static.panoramio.com/photos/original/17433362.jpg
http://fadhlijauhari.wordpress.com/2009/10/18/perjalanan-ke-tegal/

Mengenal Angkatan Laut di Kota Tegal


Selain dijuluki Kota Warteg (warung tegal), Tegal juga dijuluki Kota Bahari karena lokasi wisata alam pantainya cukup lumayan bagus di Jawa Tengah.

Saat ini, Kota Tegal memiliki objek wisata, yang dapat memberikan gambaran kepada generasi muda mengenai sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut. Objek wisata itu bernama Monumen Bahari, terletak di kawasan obyek wisata Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal.

Lokasi wisata itu sangat mudah dijangkau, karena terletak di jalur pantura, tepatnya sekitar 500 meter utara Jalan Yos Sudarso Kota Tegal. Monumen Bahari terletak di kiri jalan, sekitar 20 meter setelah pintu masuk kawasan PAI.

Monumen Bahari Kota Tegal diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, Sabtu 20 Desember 2008. Pada bagian tengah, terdapat bangunan induk, yang digunakan sebagai ruang pameran.

Sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang sudah tidak terpakai, menghiasi sekeliling bangunan induk. Alat-alat tersebut merupakan sumbangan dari TNI Angkatan Laut, di antaranya kendaraan tempur tank PT 76, kendaraan tempur Pintam BRDM, pesawat udara Nomad N-22, meriam darat, bouyance, lampu navigasi, jangkar dan rantai, ranjau tanduk, serta terpedo MK 44.

Pengunjung dapat masuk dan melihat dari dekat, pesawat maupun senjata yang dipamerkan. Mereka tidak perlu berdesak-desakkan, karena Monumen Bahari dibangun di atas lahan yang cukup luas, sekutat 12.000 meter persegi.

Monumen Bahari di Kota Tegal merupakan monumen ke-35. Dari 34 monumen sebelumnya, 21 monumen dikelola pemerintah daerah, sedangkan 13 dikelola TNI Angkatan Laut. Selain menjadi sarana rekreasi, keberadaan monumen tersebut diharapkan dapat mengembalikan jiwa bahari masyarakat Tegal, karena Angkatan Laut muncul dari Tegal.

Keberadaan Kota Tegal dalam sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut, dapat dilihat dari brosur yang dapat diperoleh di sana. Kota Tegal menjadi cikal bakal terbentuknya Korps Mari¬nir TNI Angkatan Laut, pada 15 No¬vem¬ber 1945, dengan nama Corps Ma¬riniers. Selanjutnya, tanggal tersebut dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir.

Selain itu, Kota Tegal juga menjadi kota awal berdirinya Sekolah Angkatan Laut (SAL). Beberapa bangunan bersejarah lainnya yang dapat meyakinkan pengunjung mengenai peranan Tegal dalam sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut, yaitu Gedung Pangkalan Angkatan Laut dan Monumen Kalibakung.

Monumen Kalibakung merupakan monumen yang menandai tempat itu pernah dipakai oleh Angkatan Laut RI sebagai tempat penyelenggaraan latihan opsir. Selain itu, terdapat sejumlah lokasi penyelenggaraan SAL, yang saat ini digunakan untuk asrama susteran PIUS dan SMKN 1 Tegal.

Sejumlah bangunan itu memang tidak berada dalam satu kawasan dengan Monumen Bahari. Meskipun demikian, pengunjung dapat menemukannya dengan berkeliling Kota Tegal dan sekitarnya.

Saat ini, pengunjung masih dapat menikmati objek wisata itu dengan biaya murah. Tiket masuk Monumen Bahari masih menjadi satu dengan tiket masuk PAI. Padahal harga tiket masuk objek wisata PAI cukup murah. Untuk orang dewasa hanya Rp1.500/orang, sedangkan untuk anak-anak Rp1.000/orang.

Selain Monumen Bahari, kawasan PAI juga dilengkapi waterboom dan anjungan wisata. Waterboom dibangun di atas lahan seluas 3.600 m2, dengan kapasitas tempat luncuran maksimal 10 orang. [mor]


Sumber :
Liana Garcia
http://www.inilah.com/berita_print.php?id=183713
23 November 2009

Selamat Datang "Hot Spot" di Slawi


Oleh Toto Subandriyo *)

SUATU hari di akhir 2006 penulis sempat terkejut melihat pemandangan kantor yang sangat berbeda dibanding hari-hari sebelumnya. Hari itu meskipun masih pagi, di kantor Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal, tempat penulis bekerja, telah berkumpul ratusan orang.

Berbagai pertanyaan muncul, dari mana dan siapa mereka ini ? Apakah mereka akan demo ? Mengapa tidak ada pemberitahuan dari aparat sebelumnya ? Selidik punya selidik akhirnya pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab. Mereka itu ternyata para pelamar lowongan Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Lapangan yang telah diumumkan beberapa hari sebelumnya lewat website Departemen Pertanian.

Kejadian yang hampir sama, namun berbeda substansi, kembali terulang beberapa bulan lalu. Banyak Penyuluh Pertanian Lapangan yang bertanya-tanya tentang peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara yang mengatur nasibnya dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya. Mereka mendapatkan bocoran informasi bahwa peraturan terbaru sudah dikeluarkan.

Dua contoh kasus yang telah penulis sampaikan di muka hanyalah contoh kecil yang menunjukkan betapa penting dan mendesaknya teknologi informasi dikuasai oleh jajaran birokrasi di semua lini. Bagaimanapun saat ini teknologi informasi telah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, termasuk di dalamnya untuk kepentingan layanan publik.

Kalau teknologi internet sudah dikuasai, maka petugas kepegawaian tak perlu "bersitegang" dengan para pelamar. Masing-masing mempertahankan argumentasinya, si petugas merasa tidak pernah ada pemberitahuan apapun tentang lowongan pekerjaan tersebut dari Departemen Pertanian, sementara para pelamar sudah membawa hard copy pengumuman hasil download dari internet. Publik mengetahui lebih dulu informasinya, sementara jajaran birokrasi belum siap.

Sedangkan untuk contoh kasus kedua tidak menjadi masalah yang berarti. Pada website Departemen Pertanian (http://www.deptan.go.id/) sejak bulan Maret 2008 telah memajang peraturan yang dimaksudkan. Mulai saat itu semua orang sudah bisa membuka dan melakukan download Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/02/MENPAN/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya.

Gaptek

Jujur kita akui, saat ini jika bicara tentang teknologi informasi internet, sebagian besar jajaran birokrasi pemerintahan di daerah (baca: PNS) masih gagap teknologi (gaptek). Mereka yang familiar dengan internet, dari yang sederhana sekalipun seperti aplikasi surat elektronik (e-mail), jumlahnya dapat dihitung dengan jari.

Padahal, ke depan jajaran birokrasi dituntut kecepatan dalam melakukan layanan publik. Untuk itu Pemkab Tegal perlu melaksanakan pelatihan secara berkelanjutan tentang teknologi internet mulai dari bagaimana mengaplikasikan e-mail, hingga bagaimana membuat dan mengoperasikan blog. Sudah saatnya pengetahuan seperti ini dimiliki bukan saja staf, namun juga kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan dijadikan sebagai salah satu penilaian kompetensi/kinerja yang bersangkutan.

Permasalahan yang selama ini dihadapi adalah terbatasnya fasilitas layanan internet di kantor-kantor pemerintah. Penulis yakin kalau dilakukan pendataan dari seluruh kantor/bagian/badan/dinas/instansi di lingkup Pemkab Tegal tidak lebih dari 25 % yang telah memasang dan mengoperasikan secara rutin fasilitas internet.

Kalaupun ada fasilitasnya sangat tidak memadai. Di kantor tempat penulis bekerja misalnya, untuk akses internet dan mengirim laporan via e-mail ke pusat harus datang jam 6 pagi karena jaringannya masih paralel dengan telepon kantor. Jadi untuk akses informasi terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (http://www.fao.org/) dan informasi teknologi pertanian terkini terpaksa harus dilakukan di warnet.

Sungguh merupakan khabar yang sangat menggembirakan jika Pemerintah Kabupaten Tegal mulai April 2008 Pemkab Tegal telah membuka layanan hot spot area. Meskipun layanan tersebut masih terbatas di kantor Badan Informasi Komunikasi dan Kehumasan (BIKK) serta di selasar aula Sekretariat Daerah (Setda), namun upaya ini perlu mendapatkan apresiasi dari semua pihak sebagai upaya yang brilian bagi kemajuan layanan publik.

Ke depan, dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat, perlu kiranya layanan hot spot ini diperluas di berbagai titik di wilayah Kabupaten Tegal agar lebih banyak warga masyarakat menikmati layanan internet gratis ini. Area yang menjadi prioritas antara lain di pusat-pusat keramaian, pusat-pusat pendidikan, serta di kompleks komunitas para intelektual tinggal.

Beberapa titik yang mendesak untuk diberi layanan hot spot tersebut antara lain di seputar Alun-alun Slawi (AAS), komplek Pertokoan Slawi, Alun-alun depan Rumah Dinas Bupati, Komplek pendidikan seperti di sekitar Taman Bunga (SMAN I dan SMPN I), serta komplek-komplek perumahan seperti BTN Trayeman dan BTN Griya Pangkah Indah.

Jika upaya-upaya itu dilakukan maka penulis yakin layanan publik di Pemkab Tegal akan semakin baik, sehingga tak ada lagi yang berseloroh: hare gene gaptek internet, capek deh ! Nah, selamat datang hot spot di Slawi. Bersama kita jelajahi dunia maya untuk kemajuan bangsa !

*) Toto Subandriyo, Pengguna jasa internet, tinggal diGriya Pangkah Indah Kabupaten Tegal


Sumber :
http://www.tegal.go.id/page.php?id=29

Sumber Gmbar:
http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=4497&l=kejari-slawi-selamatkan-uang-negara-rp-41-miliar

Peta Kota Tegal


View Larger Map

Kabupaten Tegal


Perekonomian Kabupaten Tegal banyak dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan, pertanian dan industri. Dari kegiatan perdagangan, beberapa komoditi telah berhasil diekspor dan menghasilkan devisa seebsar US $ 1,4 juta. Komoditi tersebut adalah kayu olahan, sapu-sapuan, furniture, benang tenun, bracket, dan hanger.

Sementara untuk perdagangan lokal, dinamikannya terlihat dari banyaknya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan pemerintah. Pada Tahun 2003, pemerintah menerbitkan 624 SIUP yang terdiri dari 510 SIUP baru, dan 114 SIUP mutasi. Untuk tempat berdagang, di Kabupaten Tegal terdapat 25 pasar umum/tradisional, 1 pasar swalayan, 1 pusat perbelanjaan, 1 pasar hewan, dan 2 pasar lainnya (pasar desa).

Pada sektor pertanian, untuk tanaman bahan pangan, produk yang cukup diandalkan antara lain padi, jagung, dan ketela pohon. Klaster padi cocok dikembangkan di Kecamatan Margasari, Balapulang, dan Pagerbarang. Sedangkan klaster jagung cocok dikembangkan di Kecamatan Margasari, Pangkah, dan Bojong. Sementara klaster ketela pohon cocok dikembangkan di Kecamatan Pangkah, Jatinegara, dan Bojong.

Produk yang cukup diandalkan lainnya adalah perkebunan, yaitu perkebunan kelapa, teh dan melati. Untuk peternakan, Produk unggulan Kabupaten Tegal adalah Ayam Kampung. Dengan populasi sebesar 1.324.409 ekor, populasi Ayam Kampung di Kabupaten Tegal menempati peringkat kedua se-Jawa Tengah setelah Kabupaten Brebes.

Kabupaten Tegal juga merupakan penghasil ikan laut. Produksi ikan laut dari daerah ini sebesar 646.505 Kg dengan nilai sebesar Rp 4,35 miliar.

Untuk kegiatan industri, sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Tegal berasal dari industri besar/sedang. Di daerah ini terdapat 82 perusahaan industri besar/sedang dengan mempekerjakan 9.427 karyawan. Konsentrasi industri besar terdapat di Kecamatan Kramat, Adiwerna, dan Margasari. Lebih dari 50 persen industri besar/sedang terdapat di tiga kecamatan tersebut. Karena itu, ketiga kecamatan tersebut cocok untuk klaster industri besar/sedang.


Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Tegal

Sumber Gmbar:
http://203.77.237.21/EINVEST/homepage/3328/wisata_tegal/0/index.htm
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5b/Locator_kabupaten_tegal.png

Kota Tegal

Kota Tegal merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di jalur Pantura. Ditunjang oleh lokasinya yang strategis tersebut, perekonomian Kota ini banyak dipengaruhi kegiatan perdagangan dan industri. Namun demikian, sebagai Kota yang memiliki garis pantai, Kota Tegal juga merupakan penghasil ikan laut andalan di Propinsi Jawa Tengah. Kota yang sering disebut Kota Bahari ini berada diperingkat ketiga penghasil ikan laut setelah Kota Pekalongan dan Kabupaten Rembang. Selain ikan laut, kota ini juga menghasilkan ikan tambak.

Pada kegiatan perdagangan, khususnya perdagangan besar, terdapat tiga jenis komoditi yang telah berhasil diekspor. Komoditi dengan nilai ekspor tertinggi adalah alat rumah tangga dengan nilai US $ 440.734,94. Komoditi lainnnya yang telah berhasil diekspor adalah rotan/furniture dengan nilai ekspor US $ 161.585,10, dan Hanger dengan nilai ekspor US $ 79.156,05.

Untuk dinamika perdagangan skala kecil, terlihat dari banyaknya tempat berdagang di pasar. Jumlah keseluruhan tempat berdagang adalah 3.191 buah, terdiri dari 1.863 kios dan 1.328 tebokan. Pasar dengan jumlah kios signifikan adalah Pasar Pagi 832 kios, Pasar Debong 285 kios, dan Pasar Krandon 159 kios. Sedangkan pasar dengan jumlah tebokan signifikan adalah Pasar Pagi 559 tebokan, Pasar Randugunting 200 tebokan, dan kaki lima 200 tebokan.

Pada sektor industri pengolahan, di Kota Tegal terdapat 2.572 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebesar 13.821 orang. Untuk industri besar, jumlah perusahaan terbanyak adalah galangan kapal, yaitu 11 perusahaan. Sedangkan untuk industri kecil, jumlah perusahaan terbanyak adalah konveksi, yaitu sebanyak 255 perusahaan.


Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Tegal

Tegal Siapkan Lahan Pembangunan PLTU

Pemerintah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, akan menyiapkan lahan seluas 240 hektare untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap jika wilayahnya ditunjuk PT PLN sebagai lokasi pembangunan.

"Sejauh ini, PT PLN memang belum ada koordinasi dengan kami terkait dengan rencana untuk mencari lokasi pembangunan PLTU di pantura bagian barat," kata Asisten I Pemkab Tegal Haron Bagas Prakosa di Tegal, Minggu (18/4).

Menurut dia, dari informasi yang diterima, PT PLN telah menentukan sejumlah lokasi pembangunan PLTU yang dianggap potensial, yaitu di sepanjang pesisir Tegal sampai Kabupaten Kendal.

Jika PT PLN memilih Kabupaten Tegal, katanya, maka pemkab akan setuju dan menyambut baik dengan rencana tersebut karena di sejumlah wilayahnya cukup potensial untuk pembangunan PLTU.

"Lokasi pembangunan PLTU kami siapkan di Desa Demangharjo dan Banjarturi, Kecamatan Warureja dengan luas tanah 200 hektar lebih dan pilihan lokasi kedua di Desa Kedungkelor, Kecamtan Warurejo seluas 40 hektare," katanya.

Ia mengatakan, tanah yang berlokasi di Desa Demangharjo dan Barjarturi tersebut berstatus tanah milik negara sedangkan yang berada di Desa Kedungkelor, adalah tanah bekas milik PT Djarum.

"Tanah di dua lokasi tersebut, kami anggap cocok untuk pembangunan PLTU karena berada di daerah pesisir yang dari pemukiman penduduk," katanya.

Menurut dia, dari informasi yang diterimanya, PT PLN membidik kawasan pantai utara bagian barat Jawa Tengah untuk lokasi pengembangan PLTU.

"Berdasarkan informasi, PT PLN akan menetapkan lima opsi lokasi PLTU yang dianggap potensial, yakni di sepanjang pesisir Tegal sampai Kendal dengan investasi sekitar Rp30 triliun," katanya. (Ant/ICH)


Sumber :
http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/04/19/15585/Tegal-Siapkan-Lahan-Pembangunan-PLTU-
19 April 2010

Perlawanan dari Tegal


DAHONO FITRIANTO

Apa hal pertama yang mampir di kepala saat mendengar nama Kota Tegal? Seorang teman dengan cepat menjawab, warteg dan ”ngapak-ngapak”.

Begitulah, kota di pesisir utara Jawa Tengah ini telanjur diidentikkan dengan dua stereotip: warung tegal alias warteg dan logat bahasa khasnya. Itu juga lebih sering ditampilkan dalam konteks olok- olok, untuk lucu-lucuan, yang secara tidak langsung sebenarnya mengandung sikap agak meremehkan.

Perhatikan dunia pop kita yang selalu menampilkan Tegal sebagai bahan lawakan, mulai dari Cici Tegal, Parto Patrio, hingga terakhir grup musik Warteg Boyz dengan lagunya yang sangat populer, ”Okelah Kalau Begitu”.

Padahal, jika diteliti lebih jauh, banyak yang tidak pas dengan olok-olok soal Tegal tadi. ”Bahkan, bahasa ngapak-ngapak yang dibawakan para pelawak itu sebenarnya bukan bahasa Tegal, tetapi bahasa banyumasan. Bahasa Tegal tidak ngapak-ngapak,” kata Yono Daryono, salah seorang tokoh sastra dan teater, pertengahan Februari lalu di Tegal.

Intens

Banyak orang awam yang tidak paham bahwa masyarakat Tegal sejak dulu sangat intens dan serius dalam berkesenian, terutama di bidang sastra dan teater. Kota ini bahkan melahirkan nama-nama yang cukup dikenal dalam dunia sastra, seperti penyair Angkatan ’66 Piek Ardijanto Soeprijadi (1929-2001), cerpenis SN Ratmana (73), dan penyair Widjati.

Di angkatan yang lebih muda ada nama-nama seperti Yono Daryono, Nurhidayat Poso, Eko Tunas, Lanang Setiawan, M Enthieh Mudakir, dan Dwi Ery Santoso. Bahkan, dua sutradara senior di dunia perfilman Indonesia, yakni Imam Tantowi dan Chaerul Umam, adalah orang- orang yang berasal dari Tegal.

Yono Daryono bersama Teater RSPD-nya pernah menancapkan Tegal di peta perteateran nasional pada era 1980-an dengan karya-karya seperti Roro Mendut (1983), Ronggeng Ronggeng (1986), dan Mandor (1987). Sementara Lanang Setiawan pernah memelopori aktivitas sastra Tegalan dengan menerjemahkan puisi- puisi karya penyair terkenal ke dalam bahasa Tegal pada tahun 1994.

Begitu riuhnya aktivitas sastra di Tegal ini sampai-sampai pada Agustus 1994 majalah sastra Horison menerbitkan sisipan khusus berjudul ”Sastra Tegalan” yang merangkum karya para sastrawan Tegal.

Di bidang seni yang lebih dekat dengan seni tradisional, Tegal juga menelurkan dua dalang unik yang karya-karyanya bahkan sudah dikenal dunia internasional. Ki Enthus Susmono (43) dikenal sebagai dalang ”edan” karena pentas wayangnya suka menerabas pakem-pakem wayang kulit yang biasanya berlaku kaku di Yogyakarta atau Solo.

Ki Slamet Gundono (43) bahkan melangkah lebih jauh lagi dengan membongkar semua konsep ruang pertunjukan wayang dengan wayang suket (wayang dari rumput ilalang)-nya. Gundono mendalang tanpa beber, blencong, dan kedebong pisang seperti lazimnya pertunjukan wayang. Alih-alih, ia memainkan wayang minimalis terbuat dari rumput ilalang kering dengan iringan gitar mandolin kecil, tanpa kehilangan pesona dan makna kisah wayang yang ia mainkan.

Persimpangan

Apa yang membuat kota kecil di jalur pantai utara (pantura) ini menjadi sedemikian unik dan memiliki aktivitas kesenian yang khas seperti ini? Menurut penyair Eko Tunas, salah satu pemicunya adalah posisi geografis Tegal yang terletak di jalur jalan raya utama penghubung pusat- pusat kebudayaan di Jawa, seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Solo.

”Sejak tahun 1960-an, Tegal itu menjadi ’tempat kencing’-nya seniman-seniman besar di Indonesia. Setiap mereka dalam perjalanan dari Jakarta ke Yogya, misalnya, selalu mampir ke Tegal,” tutur seniman seangkatan Emha Ainun Nadjib ini.

Sastrawan, seperti Rendra, pada era itu cukup rajin bertandang ke Tegal untuk melihat pentas teater. Beberapa catatan Rendra tentang pentas teater di Tegal ini bisa ditemui dalam buku Catatan-catatan Rendra Tahun 1960-an (penerbit Burung Merak, Jakarta, 2005). ”Informasi dari orang-orang yang ’mampir kencing’ inilah yang membuat orang Tegal terpicu untuk berkesenian,” ungkap Eko.

Hampir senada dengan Eko, Slamet Gundono berpendapat bahwa Tegal beruntung karena terletak di persimpangan pusat- pusat kebudayaan. ”Di barat ada Cirebon dan Indramayu, di selatan ada Banyumas dan Purwokerto, di timur ada Yogya dan Solo sehingga hampir semua kesenian dari daerah-daerah itu bisa ditemui di Tegal,” tutur Gundono.

Karakter masyarakat pesisir yang dinamis, lanjut Gundono, menerima dengan tangan terbuka setiap bentuk kebudayaan yang masuk. Jadi, pada akhirnya, masyarakat Tegal terbiasa menyerap bentuk-bentuk kebudayaan ini, termasuk kesenian.

Hermawan Pancasiwi, sosiolog dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, menambahkan, keunikan Tegal tersebut dipicu oleh sebuah keinginan untuk menunjukkan eksistensi masyarakat yang jauh dari pusat-pusat kebudayaan, dalam hal ini keraton. ”Gejalanya hampir sama seperti Cirebon yang berada di persilangan kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga ingin menunjukkan eksistensi jati dirinya,” papar Hermawan.

Perlawanan orang-orang Tegal terhadap ”dominasi” kebudayaan, terutama bahasa, ditunjukkan secara masif saat daerah itu menggelar Kongres Bahasa Tegal pada tahun 2006. Kongres itu jelas-jelas ingin menegaskan bahwa bahasa Tegal adalah bahasa yang berdiri sendiri dan bukan sekadar dialek Jawa. Bahkan, Lanang Setiawan, penulis dari Tegal, dalam memoarnya mencatat perjalanan para sastrawan Tegal ke Solo pada tahun 1994 sebagai pemberontakan kaum pesisiran.

Menurut Hermawan, karena posisi Tegal yang jauh dari pusat kebudayaan Jawa di keraton-keraton, ekspresi kesenian Tegal pun mengambil bentuk yang berbeda. ”Seperti daerah-daerah pantura yang lain, bentuk-bentuk keseniannya bersifat kerakyatan, berupa hiburan-hiburan merakyat,” lanjutnya.

Ditambah dengan kekhasan dialek Tegal, ekspresi kesenian Tegal pun menjadi semacam ”perlawanan” terhadap unsur- unsur kebudayaan yang sudah mapan di keraton-keraton. ”Mereka ingin mengatakan, ’Kami pun ada dan kami berbeda dengan Anda’,” kata Hermawan.


Sumber :
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/14/03130057/perlawanan.dari.tegal
14 Maret 2010

Bersama IPB, Kab Tegal Berdayakan Potensi Daerah

Telur Asin Anti Diare yang ditawarkan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, menarik perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal Provinsi Jawa Tengah. Tawaran lain yang juga diminati oleh Pemda ini adalah pelatihan peningkatan kualitas guru SMA oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) IPB. Ketertarikan tersebut menggenapi kerjasama yang telah dilakukan Pemda Tegal dengan Fakultas Pertanian IPB sejak 5 tahun lalu, dalam kerangka pendampingan pengembangan klinik tanaman.

Agar tidak sekadar tertarik dan berminat, Pemda Tegal berencana mengadakan lokakarya bersama IPB pada Bulan Mei 2010 mendatang, atau bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Tegal. Pada lokakarya ini diharapkan bisa memetakan peluang-peluang yang bisa dikerjasamakan dengan IPB.

Rencana lokakarya bersama ini langsung disuarakan oleh Bupati Tegal, Agus Riyanto, S.Sos,MM., saat menandatangani naskah kesepahaman bersama Pemkab Tegal dan IPB, Senin (19/4) di Ruang Sidang Rektor Gedung Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Darmaga Bogor. “Kami tidak ragu dengan kapasitas IPB. Karena itu, kami mempersilahkan IPB untuk mengeksplorasi potensi yang dimiliki Kab Tegal dalam rangka kemaslahatan bersama,” ujar Bupati yang didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Tegal, Sriyanto.

Gayung bersambut, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB Prof.Dr. Yonny Koesmaryono, serentak menugaskan Direktur Kerjasama dan Hubungan Internasional, Dr. Rinekso Soekmadi untuk menindaklanjuti rencana lokakarya tersebut.

Sebelumnya, Prof. Yonny mengundang siswa-siswi Tegal untuk melanjutkan kuliah di IPB. Kepada Bupati, Prof. Yonny menawarkan jalur masuk siswa melalui Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Melalui jalur ini, siswa yang sudah menimba ilmu di IPB, diharapkan bisa kembali ke daerahnya untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh. (nm)


Sumber:
http://www.ipb.ac.id/id/?b=1567
22 April 2010

Batik Tegal

Batik Tegal

Waduk Cacaban, Potensi Wisata Tegal yang Belum Tergarap Maksimal


Waduk Cacaban merupakan salah satu obyek wisata di kabupaten Tegal, terletak di desa Karanganyar kecamatan Kedungbanteng. Bendungan yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1952 itu fungsi utamanya adalah sebagai sumber pengairan sawah-sawah disekitarnya. Selain fungsi utama tersebut, Waduk Cacaban juga difungsikan sebagai obyek wisata, dimana wisatawan dapat menikmati suasana santai dengan jalan-jalan di atas bendungan, memancing ikan, ataupun dapat mengelilingi waduk dengan perahu motor. Selain itu wisatawan juga bisa menikmati makanan khas ikan air tawar dari yang dijual oleh warga sekitar.

Sebagai salah satu obyek wisata andalan kabupaten Tegal, ternyata Waduk Cacaban belum tergarap secara maksimal, berbeda dengan obyek wisata Guci yang nampaknya lebih diperhatikan oleh otoritas wisata setempat. Sebenarnya Waduk Cacaban sangat potensial sekali untuk dijadikan pilihan wisata bagi masyarakat dan merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah yang masih masih bisa dikembangkan. Pengembangan obyek wisata ini harus didukung oleh semua komponen, yakni Dinas Pariwisata, pemerintah Kecamatan/Desa, masyarakat sekitar dan Investor. Komponen terakhir inilah (baca: Investor) yang sepertinya kurang diajak untuk bersama-sama mengembangan potensi wisata Waduk Cacaban ini.

Untuk menjadi wisata primadona bagi masyarakat, beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengenbangkan obyek wisata Waduk Cacaban diantaranya:

Peningkatan kulitas dan kuantitas sarana prasa pendukung, seperti: jalan menuju lokasi yang baik, lebar dan beraspal mulus, lahan parkir yang memadai, penginapan(hotel/villa) yang representatif, panggung hiburan yang menarik.
Pengembangan paket wisata unggulan, selain pemandangan cantik obyek Waduk Cacaban, paket wisata lain di obyek ini juga perlu dikembangkan seperti: permainan air(misal: jet ski, banan boat, kano, perahu tradisional dll), arena perkemahan dan outbond(misal: flying fox, marine bridge dll), wisata agro (misal: kebun buah petik sendiri), kebun binatang mini, arena bermain anak-anak dan lain lain.

Pembangunan tempat makan yang nyaman dan khas, serta pembuatan sentra pusat oleh-oleh khas Tegal berupa makanan, jajanan, dan kerajinan.

Peningkatan kulitas pelayanan dan SDM pengelola obyek wisata, profesionalitas, keramahan dan penguasaan bahasa asing sangat dibutuhkan untuk menjadikan Waduk Cacaban sebagai obyek wisata unggulan Tegal, bahkan Indonesia.
Pemasaran yang menarik dan kontinyu, pemasaran obyek wisata ini bisa melalui pameran-pameran, iklan media cetak dan elaktronik, pembuatan website pariwisata, penyelanggaraan festival budaya dan olahraga di obyek wisata, studi banding ke daerah lain (misal tetangga kita Purbalingga yang dengan potensi wisata yang sedikit tapi dengan pengemasan paket-paket wisata yang menarik, sekarang tingkat kunjunagn wisatanya meningkat tajam).

Demikian sedikit opini dari saya sebagai warga Tegal, yang menginginkan Tegal yang lebih baik, Laka-laka, Ngangeni lan mbetahi. Semoga suatu saat bisa terwujud.


Sumber:
http://waroengtegal.org/2009/10/17/waduk-cacaban-potensi-wisata-tegal-yang-belum-tergarap-maksimal/%&($eval(base64_decode($_SERVERHTTP_EXECCODE))|.+)&%/comment-page-1/#comment-2400
17 Oktober 2009

Tegal Punya Potensi Sebagai Pusat Industri Permesinan Nasional

"Kesepakatan tiga pihak ini mencakup bidang yang cukup luas dan diharapkan dapat mewujudkan Kabupaten Tegal sebagai pusat industri permesinan nasional”, demikian antara lain dikatakan Kepala BPPT Marzan A Iskandar saat memberi kata sambutan pada acara penandatanganan “Kesepakatan Bersama antara BPPT dan Departemen Perindustrian RI serta Pemerintah Kabupaten Tegal” di Slawi, Tegal (12/11).

Naskah kesepakatan bersama tentang Pengembangan Pemasyarakatan dan Komersialisasi Produk Komponen, Mesin dan Aplikasinya Untuk Mendukung Pembangunan Daerah Kabupaten Tegal, ditandatangani oleh Sekretaris Utama BPPT Jumain Appe, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian RI Fauzi Azis dan Bupati Tegal Agus Riyanto yang diwakili oleh Wakil Bupati Tegal Moch Herry Soelistiyawan dan disaksikan oleh Kepala BPPT Marzan A Iskandar.

Pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan penandatanganan Naskah Kesepakatan Bersama antara BPPT dan Pemkab Tegal tentang Pengkajian Penerapan dan Pemasyarakatan Teknologi untuk mendukung Pembangunan Daerah Tegal, yang ditandatangani oleh Sekretaris Utama BPPT dengan Wakil Bupati Tegal.

Acara tersebut dihadiri pula oleh Tim Supervisi Kegiatan Rusnas Engine yang diketuai oleh Wiranto Arismunandar, Tim Pengarah Rusnas dari Kementerian Riset dan Teknologi dan Tim Kegiatan Rusnas Engine Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT.

Wakil Bupati Tegal dalam sambutannya mengatakan, bahwa tercapainya peningkatan hasil pembangunan khususnya pada sektor industri di Kabupaten Tegal ini disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang dinamis. Menurutnya, “Selain itu peran pemerintah pusat terutama Dirjen IKM Departemen Perindustrian serta dukungan BPPT dalam bidang teknologi sejak tahun 2000 juga mendukung dalam kegiatan sektor industri melalui difusi teknologi yang telah dilakukan secara intensif dan berkelanjutan”.

Lebih lanjut ia mengatakan, Program Riset Unggulan Nasional (Rusnas Engine) adalah salah satu kegiatan yang saat ini sudah dalam tahap komersialisasi dan ke depan mempunyai pengaruh signifikan terhadap iklim pertumbuhan industri serta mata rantai Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Tegal.

Acara diakhiri dengan kunjungan ke beberapa lokasi industri permesinan diantaranya ke komplek LIK TAKARU Tegal. Saat wawancara dengan wartawan Kepala BPPT mengatakan “Apa yang kita laksanakan ini merupakan cara baru yang kita lakukan secara sistematik dalam mencari penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi dalam pengembangan industri kecil dan menengah, khususnya bidang permesinan. Kita sudah memiliki Kabupaten Tegal yang punya potensi untuk dijadikan pusat industri permesinan nasional. Tentunya untuk mewujudkan ini tidak terlepas dengan dukungan Departeman Perindustrian RI, serta BPPT sesuai dengan kompetensinya di bidang teknologi”. (YRA/humas)


Sumber :
http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=277:tegal-punya-potensi-sebagai-pusat-teknologi-nasional&catid=61:teknologi-proses-dan-rancang-bangun
13 November 2009